Nutrisi dari Dapur Presisi

 



Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kepolisian RI mendorong implementasi program Makan Bergizi Gratis (MBG).

 

Dengan mata berbinar, Sultan Muhammad Rizaldi menatap ompreng di hadapannya. Dia berharap sepotong ayam goreng terhidang di baliknya. Dan benar saja, paha ayam berwarna kuning keemasan tersaji lengkap dengan setangkup nasi putih, sepotong tempe dan tahu, sup, serta sebuah jeruk.

 

"Alhamdulillah, ini menu favoritku" ucap siswa Kelas XII SMAN 1 Banda Aceh, itu. Sigap dia mengambil sendok garpu dan mulai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang bertepatan dengan jam makan siang. Dalam beberapa menit, ompreng bersih. Seluruh menu telah dilahap.

 

Sultan bersama 886 siswa SMAN 1 Banda Aceh mendapatkan MBG mulai Senin, 21 Juli 2025. Tak hanya mereka, Ghufran dan Rauzatulmaura Annisa, siswa Kelas IX SMPN 1 Banda Aceh juga turut merasakan program serupa. Program ini menjangkau 3.365 siswa di 14 sekolah, mulai dari TK/PAUD, SD, SMP, hingga SMA.

 

Ghufran senang bisa merasakan manfaat program MBG. Dia bercerita, sejak rutin mendapatkan makan siang dari program tersebut, tubuhnya terasa lebih berenergi dan tidak mudah lemas saat beraktivitas di siang hari. “Menurut saya program ini punya banyak manfaat. Apalagi ketika siang hari, badan sudah terasa lemas lalu mendapatkan makan siang bergizi. Jadi bertenaga lagi,” ujarnya.

 

Bagi Sultan, program MBG tak hanya membuat perutnya terisi, namun juga membantu berhemat. “Saya tidak perlu jajan lagi dan uangnya bisa ditabung,” kata Sultan yang saban hari mengantongi uang saku Rp 20 ribu. Ketimbang jajan, dia melanjutkan, menu MBG juga lebih sehat dan higienis.

 

Di balik menu makan siang yang lezat dan bergizi tadi, ada kerja keras tim dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Aceh yang dikomandoi oleh Ermadini Harsa. Kepala SPPG Polda Aceh, Ermadini menjelaskan mekanisme kerja, mulai dari penerimaan bahan makanan, penyortiran, pembersihan, pengolahan, merancang menu, menyiapkan peralatan makan, pendistribusian, hingga menu MBG sampai di sekolah-sekolah. 

 

Kendati bahan makanan yang diterima telah melalui proses pemilahan dari pemasok, yakni PT Nasabe Cipta Rasa, Ermadini selalu menyaring kembali setiap bahan baku yang sebelum masuk ke dapur. Misalkan ayam, menurut dia, harus dicek apakah masih segar atau tidak. Juga ditimbang apakah jumlahnya sesuai dengan kebutuhan dapur atau masih kurang. Contoh, dapur ini membutuhkan 300 kilogram daging ayam setiap hari dan 115 kilogram wortel.

 

Jika dapur MBG lainnya membuat 2.000 sampai 2.500 porsi setiap hari, SPPG Polda Aceh langsung menyediakan 3.300 porsi MBG saat pertama kali beroperasi. “Apresiasi kepada tim yang bekerja luar biasa untuk membuat porsi sebanyak ini,” kata Ermadini. Tim SPPG Polda Aceh yang terdiri atas 47 orang, mulai bekerja sejak tengah malam hingga pukul enam pagi. Selama rentang waktu tersebut, setiap tim bekerja sesuai tugas masing-masing. Ada membersihkan bahan makanan, memasak nasi, memasak sayuran, memasak ikan, menyiapkan ompreng, dan lainnya.

 

Menu MBG sudah diatur oleh ahli gizi dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Aceh. Seorang anggota Tim Security Food SPPG Polda Aceh, Iptu Fauzan mengatakan, timnya memastikan setiap makanan yang disajikan terbebas dari bahan kimia berbahaya, seperti sianida, formalin, nitrit, arsen, dan boraks. “Keterlibatan Biddokkes merupakan wujud komitmen Polri dalam menjaga standar pelayanan gizi dan memastikan program ini berjalan sesuai standar kesehatan,” katanya. Pendistribusian makanan dimulai pukul 08.00 WIB. Bermula dari TK/PAUD, lalu berlanjut ke tingkat SD, SMP, hingga SMA. 

 

Satgas Pengawas SPPG Polda Aceh, Kombes Pol. Andy Nugraha Setiawan Siregar mengatakan, berbagai upaya tersebut merupakan bagian dari upaya mendorong program strategis nasional dalam memenuhi dan meningkatkan kualitas gizi masyarakat, terutama anak-anak dalam masa pertumbuhan, serta membantu menurunkan angka stunting. “Pada pelaksanaannya, kami memegang teguh prinsip siap sarana dan prasarana, siap sumber daya manusia, siap anggaran, dan siap mekanisme atau operasional,” ujarnya. 

 

Prinsip tersebut direalisasikan lewat 24 Standard Operating Procedure (SOP) yang telah disusun. Mulai mulai memperhatikan bahan baku hingga makanan sampai ke tangan para siswa. Hal ini untuk memastikan efektivitas kerja dan kualitas makanan tetap terjaga. Ke depan, kata Andy, Polda Aceh berencana memperluas wilayah operasional SPPG hingga ke seluruh kabupaten di provinsi tersebut, dengan target satu SPPG di setiap kabupaten. 

 

Kepala Kepolisian RI (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, pembentukan SPPG merupakan realisasi atas Memorandum of Understanding (MoU) antara Polri dengan Badan Gizi Nasional (BGN). “Sebagai komitmen kami untuk mendukung program MBG,” katanya.

 

Wakil Kepala Kepolisian RI (Wakapolri) Komisaris Jenderal Dedi Prasetyo menjelaskan, dari MoU tersebut, Polri kemudian berkomunikasi dengan BGN untuk mengetahui apa saja ketentuan dalam membangun dapur MBG. Dari situ, lahirlah dua SPPG Polri prototipe BGN yang menjadi rujukan pembentukan di daerah lain, yakni SPPG Pejaten dan Cipinang. 

 

Di SPPG Polri Pejaten, Jakarta Selatan, terdapat kebun hidroponik untuk mendukung pasokan kebutuhan bahan baku MBG. Upaya ini tidak hanya mampu memenuhi makanan bergizi, namun juga menumbuhkan swasembada pangan. “Berhubung Jakarta merupakan daerah yang padat penduduk dan minim lahan kosong, kami memilih bercocok tanam metode hidroponik yang hasil panennya akan diolah untuk MBG,” kata Kepala SPPG Polri Pejaten, Muhammad Iqbal Salim.

 

Setelah kegiatan operasional di dua SPPG prototipe ini berjalan lancar, Satgas MBG Polri kemudian memetakan kepolisian daerah mana saja yang menjadi prioritas untuk membentuk SPPG. “Awalnya ada 16 polda prioritas, ternyata yang lain antusias dan bertambah menjadi 20 polda,” ujar Dedi.

 

Awalnya Polri memasang target pembangunan 100 SPPG pada 2025. Namun hingga 1 Juli 2025, Polri berhasil melampaui target tersebut dengan merealisasikan sebanyak 139 SPPG. “Kami sudah menemukan polanya,” kata Dedi yang juga Kepala Satgas MBG Polri.

 

Mengikuti arahan Presiden Prabowo dan Kapolri, Dedi melanjutkan, program MBG bertujuan meningkatkan sumber daya manusia menuju Indonesia Emas 2045. “Asupan gizi merupakan salah satu hal yang paling penting bagi tumbuh kembangnya generasi muda,” katanya.

 

Data SPPG

● Jumlah 421 SPPG dengan rincian 27 beroperasi, 34 persiapan operasional, dan 360 tahap pembangunan

● Penerima manfaat ± 1.473.500 orang

● Serapan tenaga kerja ± 21.050 orang

● Target 500 SPPG sampai akhir 2025

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama