Polri menggandeng berbagai pihak untuk mendukung program
ketahanan pangan melalui komoditas jagung.
Lahan sepuluh hektare terhampar di Kecamatan Ngoro,
Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Tanah milik Pondok Pesantren Tebuireng itu
menjadi titik pertama kolaborasi Kepolisian RI (Polri) dengan pondok pesantren
dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan melalui komoditas jagung. Mewakili
Kepala Kepolisian RI (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Wakil Kepala
Polri (Wakapolri) Komisaris Jenderal Dedi Prasetyo memimpin kegiatan penanaman
jagung pada Rabu, 6 Agustus 2025.
Di saat bersamaan, penanaman jagung secara serentak juga
berlangsung di sejumlah pesantren dengan total hampir 200 ribu hektare.
Wakapolri Komisaris Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan, sebanyak 745 pesantren
di 33 provinsi dan lebih dari 65 ribu santri yang terlibat dalam program
ketahanan pangan Polri ini. “Kami bekerja sama dengan berbagai pihak untuk
mewujudkan swasembada pangan sebagaimana arahan dari Bapak Kapolri dan Bapak
Presiden,” kata Dedi.
Dia menjelaskan, Polri menggandeng Kementerian Pertanian,
Kementerian Kehutanan, hingga pondok pesantren guna menyukseskan program ini.
Polri berbagi tugas dengan TNI yang lebih memfokuskan pada komoditas padi. Oleh
karenanya, Polri menangani jagung karena kebutuhan jagung cukup tinggi dan
masih ditunjung lewat impor. “Swasembada pangan ini merupakan kerja kolaborasi,
bersinergi, dan semua harus mengambil peran,” ucapnya.
Ketua Satgas Ketahanan Pangan Polda Jawa Timur, Kombes Pol.
Ari Wibowo mengatakan, Jawa Timur memiliki karakteristik mayoritas penduduk
beragama Islam, yang ditandai dengan banyaknya pesantren. “Mereka punya banyak
lahan produktif yang bisa dikembangkan, digandengkan dengan program Asta Cita
untuk menanam jagung,” katanya.
Polda Jawa Timur telah melakukan penanaman serentak di
226,53 hektare lahan yang terdiri dari 1.717 hektare lahan binaan Polda dan
509,37 hektare lahan milik pondok pesantren. Estimasi panen sebesar 13.373,28
ton di lahan binaan dan 4.074,98 ton di lahan pondok pesantren.
Penanaman jagung ini melibatkan 82.188 santri di 264 pondok
pesantren, yang masing-masing pesantren didampingi satu polisi penggerak dan
satu kelompok tani. “Polda Jatim berperan sebagai penggerak lapangan dan
fasilitator utama, untuk mendukung produksi jagung nasional berkelanjutan
berbasis data,” kata Ari.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan
Perikanan Kabupaten Jombang, Sudiro Setiyono mengatakan, program Polisi
Penggerak Ketahanan Pangan (P2KP) sudah berjalan cukup lama di sana. Ia
mengapresiasi program ini karena kebutuhan jagung di Jombang cukup tinggi untuk
mendukung ketahanan pangan. “Peran Polri selama ini sangat apresiatif di bidang
pertanian, terutama mengawal distribusi pupuk subsidi ,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, Much. Rony
mengataka, Kabupaten Jombang memiliki potensi besar di bidang pertanian,
khususnya komoditas jagung. Pada 2024, luas tanam jagung di Kabupaten Jombang
sebesar 36,199 hektare dengan potensi produksi 21.619,6 ton. Jika dibandingkan
produksi jagung Jawa Timur sebanyak 6,21 juta ton dengan kebutuhan konsumsi
jagung Jawa Timur sebesar 13,49 ton, pengembangan jagung di provinsi ini masih
sangat dibutuhkan.
Tak hanya menggenjot produksi jagung, Wakapolri Komisaris
Jenderal Dedi Prasetyo menjelaskan inisiatif Polri dalam menyediakan gudang.
“Bapak Kapolri juga menggagas keberadaan gudang jagung,” katanya. Kini sudah
ada 18 gudang jagung di 12 provinsi sentra produksi jagung. Gudang jagung
tersebut diharapkan mampu menampung atau menerima jagung hasil panen dari
masyarakat. Satu gudang memiliki kapasitas 1.000 ton.
Upaya Polri dalam mendorong ketahanan panan melalui P2KP
mendapatkan apresiasi dari Presiden Prabowo. “Pencapaian Polri dalam mengambil
peran ini, saya memberikan apresiasi,” kata Dedi menirukan pernyataan Presiden
Prabowo saat panen raya di Bengkayang, Kalimantan Barat, pada Kamis, 5 Juni
2025.
Menurut arahan Presiden Prabowo, Dedi mengatakan, ketahanan
pangan adalah tonggak mencapai ketertiban dan keamanan masyarakat. “Ketika
ketahanan pangan bisa diwujudkan, maka keberlangsungan pembangunan akan
berjalan lancar,” ujar Dedi.
Menuju Sejuta Hektare
● Polri menargetkan penanaman jagung pada 1 juta hektare
lahan pada 2025.
● Sampai saat ini, telah tersedia potensi lahan seluas
796.304,52 hektare dan 455.061,89 hektare di antaranya telah ditanami
jagung
● Melibatkan 858.924 petani yang tergabung dalam 46.076
Kelompok Tani binaan Polri.
● Dari penanaman pada kuartal I dan II tahun 2025, Polri
berhasil mendukung peningkatan jumlah produksi jagung nasional hingga 2,08 juta
ton
● Data BPS menunjukkan produksi jagung periode Januari-Juni
2025 meningkat 1.385.895 ton atau 19,3 persen dibandingkan periode yang sama
pada 2024.
● Target penanaman di kuartal III seluas 750 ribu hektare
dan 1 juta hektare pada kuartal IV 2025.
● Polri terus meningkatkan kerja sama dengan stakeholder
untuk menambah lahan:
- Kemenhut RI (perhutanan sosial) potensi 349.058 hektare
dan sudah ditanami 116.439 hektare.
- Perhutani/Inhutani potensi 20.218 hektare dan sudah
ditanami 11.405 hektare.
- Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM)
menyediakan lahan 10 ribu hektare dan SDM petani
- Pesantren di seluruh Indonesia menyediakan lahan 964,99
hektare
● Bantuan peralatan dan mesin pertanian: 110 unit alat
penguji kesuburan tanah, 89 unit alat pemipil jagung, 89 unit alat pengering,
235 unit alat penguji kadar air jagung, 2 unit traktor besar, 79 unit traktor
tangan, 1.425 kilogram benih jagung, 500 kilogram pupuk NPK, 180 botol pupuk
organik, 1.300 bibit pohon, dan 135 botol pestisida.
● Satgas Pangan Polri bertugas mengawasi pendistribusian
bibit, pupuk, dan bantuan pemerintah lainnya; mengembangkan inovasi bibit
unggul dan pupuk, serta melakukan monitoring melalui Aplikasi Gugus Tugas
Ketahanan Pangan Polri; merekrut 596 Bintara Kompetensi Khusus (Bakomsus), di
mana 333 diantaranya adalah Bakomsus bidang pertanian.
● Polri membangun kerja sama dengan Pengusaha Pakan Ternak
Mandiri serta Gabungan Pengusaha Makanan Ternak yang diwakili oleh PT Japfa dan
PT Charoen Pokphand untuk penyediaan bibit dan lahan, serta penyerapan hasil
panen.